Maaher At-Thuwailibi dikenal karena vokalnya bersuara. Di laman Facebooknya, ia beberapa kali mengkritik pemerintah. Bahkan, ia juga menyerukan ganti presiden 2019 bersamaan dengan tren hestek #2019GantiPresiden.

Berikut postingan lengkap Ustadz Maaher At-Thuwailibi:

2019 GANTI PRESIDEN, SETUJU ATAU TIDAK?

✍ Oleh: Ustad Maaher At-Thuwailibi.

Konsep khilafah, ditolak. para pengusungnya di pasung. simbol-simbol keislamannya di diskriminasi. para Ulama dan aktivis dakwah di kriminalisasi. semua itu dilakukan atas nama kedaulatan NKRI. demikianlah kenyataan yang terjadi.. Ok, itu realitas.

Demokrasi adalah sistem politik yang sudah terlanjur di anut bangsa kita, pancasila menjadi asas tunggal dan ideologi negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik kita bersama. di bangun oleh para pendiri bangsa diatas genangan darah para pahlawan kemerdekaan yang membuat hengkang penjajah belanda. Maka, setiap warga negara di jamin keyakinannya, aspirasinya, dan bebas mengajukan pendapatnya. Apapun agamanya, sukunya, dan pandangan politiknya.

Menjadikan najis mughalazhah sebagai sistem kehidupan dan mengatur peradaban adalah KEKUFURAN YANG SEJATI. namun kenyataan yang ada membuat kita harus berfikir jernih akan realita yang menyelimuti. Maka secara konstitusional, bapak Joko Widodo itu berhak untuk dipilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024. Dan rakyat Indonesia yang memiliki hak suara berhak untuk TIDAK MEMILIH dan MEMILIH YANG LAIN selain Bapak Joko Widodo untuk menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 dan 2024-2029.

Kita cukupkan Bapak Joko Widodo sampai di tahun 2019 saja. kita berikan waktu untuk beliau istirahat dari berbagai tugas. kita ganti dengan presiden lain yang BERIMAN, SHOLIH, TIDAK MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU BERJAMA’AH, TIDAK MUSYRIK, JUJUR, AMANAH, CERDAS, TIDAK PLONGA-PLONGO, ASPIRATIF, BERMARTABAT, PRO KEPENTINGAN RAKYAT, SIAP MENEGAKKAN AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR BERSAMA UMMAT PLUS MENEGAKKAN SYARIAT.

Siapa orangnya ?
Tunggu komando para ‘Alim Ulama!
(Ulama sejati tentunya, bukan Ulama imitasi)