Elegi Kampung Bayam

Oleh Zeng Wei Jian*

Loading...

Ada petani bayam di Jakarta. Satu kampung. Siapa sangka. Di tengah hutan beton, ada Kampung Bayam. Lokasinya, tepat di sekitar Taman BMW.

Saya kaget, saat Neno Wariswan bawa belasan orang petani Kampung Bayam ke ruang kerja Bang Fadli Zon.

Neno Warisman ditemani Prof Jonhar Nasution (Alumni Teknik Sipil ITB 1987) dan Ms Nova Perbawa dari ITB. Keduanya, aktifis sosial yang selama ini menemani warga Kampung Bayam dalam kesengsaraannya.

Mereka mengadu kepada Bang Fadli Zon. Kampung mereka mau digusur oleh Plt Jarot. Padahal, sebulan lagi pelantikan Anies-Sandi. Wakil Ketua DPR dari Partai Gerindra heran, mengapa Plt Jarot berani nekad merencanakan sebuah manuver dramatis. Bukankah, seorang Plt bahkan dilarang mengadakan mutasi PNS di enam bulan pertama masa tugasnya.

Moh. Furkon menyapa Bang Fadli Zon dengan sapaan “Pa Haji”. Dia sangat menghormati Bang Fadli Zon. Mukanya seperti mau menangis. Saya sedih sekali liat expresinya. Dia cerita, selama ini kampungnya pernah 3x dibakar. Ada sekitar 500KK atau 2500 jiwa, termasuk perempuan, lansia dan anak kecil di sana.

Aktifis Wardah Hafidz dari Urban Poor Concortium (UPC) pernah temani warga mengadu ke Komnas HAM. Pasalnya, Kampung Bayam dibakar begitu saja di bulan Oktober 2009.

Alhamdulilah, Plt Jarot tampaknya batal mengeksekusi Kampung Bayam. Setelah Bang Fadli Zon, Aryo Hasyim Djojohadikusumo dan Kader Gerindra datang ke Kampung Bayam. Melihat langsung kondisi hidup mereka yang simpang siur. Biarlah, Gubernur Anies Baswedan dan Sandiaga Uno nanti membereskan nasib mereka.

Menurut Nova, Kampung Bayam merupakan salah satu pilot project OKE EDU yang dirilis Sandiaga Uno. Memang, kondisi lingkungan mereka tidak baik. Di bawah tiang-tiang Sutet, pinggir rel kereta, dan di atas got.

Namun, mengusir mereka, membombardir rumah-rumah mereka dengan Decko, menggusur mereka dengan alasan “penyabot tanah negara” bukan tindakan bijak. Kita sepakat memperlakukan mereka sebagai manusia. Karena memang manusia. Saudara kita juga.

Saya menjurah dan memberi hormat yang paling tinggi kepada orang-orang seperti Prof Jonhar Nasution. Dia sedang bikin kolam penjernihan air swadaya di Kampung Bayam. Supaya, para petani itu bisa menanam bayam lagi. Belakangan, mereka sulit memperoleh air jernih. Sehingga tanaman mereka layu dan mati. Padahal, income dari panen mereka cuma 300-500 ribu per bulan.

Sedangkan Nova Perbawa, dia aktif mengedukasi warga dengan keterampilan. Skill adalah modal utama mereka nanti pasca direkolasi.

Saya kira, kita tidak boleh menelantarkan mereka dan abai terhadap kesulitan hidup yang mereka hadapi.

Aneh, di sebuah metropolis megah seperti Jakarta masih ada petani dengan kondisi hidup memprihatinkan. Ngapain aja gubernur sebelumnya?

* Aktivis Tionghoa

Loading...

You May Also Like