Upacara adat khas Lampung disertai dengan gambar dan penjelasannya akan disampaikan pada artikel ini secara gamblang. Banyak makna dari tradisi yang berlaku di daerah tersebut yang harus kita ketahui bersama sebagai rakyat Indonesia yang peduli terhadap budaya nusantara.
Mulai dari upacara adat Lampung yang unik karena mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan tradisi didaerah lain. Dari keunikannya memberikan banyak dampak positif bagi daerah setempat, salah satunya meningkatnya jumlah pendapatan daerah Lampung akibat jumlah turis yang datang terus mengalami kenaikan.
Keterangan dari berbagai tradisi adat Lampung akan kami sajikan berdasarkan sumber yang kami dapatkan. Selain keunikan, ternyata upacara adat Lampung juga ada yang kabarnya sebagai tradisi yang termegah karena menghabiskan banyak dana untuk menggelarnya.
Semoga kebiasaan adat yang berlaku di daerah Lampung terus lestari sampai kapan pun juga. Tidak lekang dimakan usia.
Nah, sebelum kita bahas lebih jauh mengenai pada saja upacara adat khas Lampung ini, ada baiknya kami sampaikan kepada pembaca, bahwa di blog ini sudah banyak kami tulis upacara dari daerah lain. Contohnya kami pernah menulis upacara adat Aceh, upacara adat Sumatera Utara, upacara adat Riau, upacara adat Sumatera Selatan dan upacara adat Sumatera Barat pada beberapa waktu yang lalu. Semoga ulasan tersebut bisa menambah wawasan para pembaca yang budiman.
Kembali kepada tradisi adat yang ada di Lampung lagi. Meski tidak sebanyak tradisi yang adai didaerah lain, informasi upacara adat Lampung menjadi informasi yang penting untuk kita ketahui bersama.
Beberapa Upacara Adat Lampung dan Keterangannya
Pada poin per poin ini, Anda kami ajak mengenal satu persatu upacara adat yang sering dilakukan oleh masyarakat Lampung. Selamat menyimak!
1. Tradisi Belangiran
Tradisi yang pertama adalah Belangiran yang dalam bahasa Lampung disebut “Belangikhan” merupakan kebiasaan masyarakat turun-temurun yang diwariskan nenek moyang suku Lampung. Merujuk kepada harfiah, Belangiran memiliki pengertian mandi bersama untuk menyucikan diri dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Guna melestarikan kebiasaan ini di Lampung, seorang pejabat pernah mengajak warganya untuk terus membudayakannya setiap setahun sekali.
“Saya mengajak seluruh pemerintah kabupaten dan kota untuk melaksanakan ritual belangikhan d daerahnya masing-masing agar menggema di Provinsi Lampung,”kata Bachtiar Basri, saat memberikan sambutan pada acara belangiran di Kali Akar, Kamis (26/6), demikian pernyataan dikutip dari Teras Lampung.
2. Tradisi Adat Manjau Pedom
Tradisi yang kedua ialah Adat Manjau Pedom, yakni Adat bertamu untuk menginap di rumah pihak wanita oleh pihak keluarga pria yang dilakukan usai prosesi ijab kabul. Hal penting yang ditekankan dalam Adat Manjau Pedom ini ialah menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga pihak mempelai, sehingga terjalin hubungan saudara yang kuat dan saling tolong menolong antar kedua keluarga.
Baca : Alat Keamanan Rumah Dari Maling
Tidak tahu, apakah pihak wanita selalu menyetujui jika calon mempelai pria menginap dirumah. Karena pada ini sifatnya tidak wajib menurut agama Islam. Hanya saja, kebiasaan ini sudah menjadi budaya yang tumbuh di tengah – tengah masyarakat Lampung.
3. Upacara Nayuh/Tayuhan
Tradisi Nayuh merupakan ketika acara adat atau perayaan yang dilaksanakan oleh keluarga besar. Bisa di buat pada saat acara Pernikahan, atau juga Tayuhan bisa dihelat saat khitanan anak lelaki yang beranjak dewasa, ada juga yang menggelarnya saat mendirikan rumah, pesta panen dan Nettah Adoq serta kegiatan lainnya. Yang perlu diperhatikan, sebelum dilaksanakan Tayuhan dan Pangan maka lebih dahulu dilakukakan rapat keluarga atau rapat adat yang membahas tentang Tayuhan yang dinamakan Himpun.
Pada saat Nayuh inilah baru dipertunjukkan penggunaan perangkat serta alat-alat adat berupa piranti adat di atas (di lamban) maupun piranti adat di bah (arak arakan) yang pemakaiannya disesuaikan dengan ketentuan adat yang biasa dilakukan. Pemakaian Piranti ini disesuaikan dengan status Adoq atau Gelar Adat yang disandang.
4. Upacara Ngebabali
Upacara Ngebabali dilakukan ketika membuka huma atau perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau untuk mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat.
Tujuan dari kebiasaan ini dilakukan supaya hal – hal baik bisai terwujud ketika lahan dipergunakan oleh masyarakat setempat.
5. Upacara Ngambabekha
Tradisi Ngambabekha ini dilakukan saat mau Ngusi Pulan (membuka hutan) untuk dijadikan Pemekonan (Perkampungan) dan perkebunan, karena diyakini oleh masyarakat setempat bahwa Pulan Tuha (hutan rimba) mempunyai penunggunya sendiri. Kebiasaan adat ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu.
6. Tradisi Ngumbay Lawok
Tradisi Ngumbay Lawok merupakan ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada Sang Pencipta supaya diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan.
Meski ada yang tidak setuju dengan kepala kerbau yang dikorbankan, namun aktivitas ini masih berlaku karena sebagian masyarakat lainnya masih menyakini.
Di daerah Tana Toraja, tanduk kerbau jadi hiasan bagi rumah adat yang bernama Tongkonan. Dibeberapa organisasi juga dijadikan logo organisasi. Ternyata banyak fungsi dari hewan yang bernama kerbau. Selain daging bisa di makan dengan sajian gulai atau rendang.
7. Upacara Balimau
Upacara Balimau adalah tradisi mandi yang dilaksanakan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Umumnya masyarakat Lampung akan memakai berbagai aroma wangi-wangian alami dan campuran Limau guna membersihkan diri. Menurut keyakinan masyrakat setempat, upacara ini dianggap membersihkan diri menjelang masuknya bulan suci ramadhan.
Kebiasaan ini juga berlaku di daerah Minangkabau dan beberapa daerah lainnya. Belum daerah mana yang pertama melakukannya.
Baca : Agar Tahan Puasa
8. Upacara Gawi
Tradisi Gawi pada umumnya dilakukan masyarakat yang mempunyai ekonomi yang sudah mapan karena membutuhkan biaya yang cukup banyak. Jarang masyarakat dengan ekonomi lemah di Lampung membuat acara ini. Karena tradisi ini bisa dibilang sebagai tradisi yang termegah sepanjang sejarah dari tradisi lain. Mereka yang berprofesi sebagai pengusaha dan pejabat sajalah diyakini bisa membuat perhelatan upacara Gawi ini.
Salah satu tujuan dari upacara adat ini ialah sebagai wujud atau bentuk syukur atas segala nikmat dari Yang Kuasa.
Dilansir Liputan6, Upacara Gawi umumnya berlangsung selama 10 hari. Meski demikian, para tamu, tokoh adat, dan masyarakat, baru berdatangan di tiga hari terakhir hingga puncak acara. Para tamu yang datang biasanya membawa berbagai bentuk persembahan, seperti kerbau dan sapi, uang ataupun telur. Lamanya upacara serta banyaknya tamu yang diundang membuat prosesi ini tak bisa dilakukan sembarang orang.
9. Tradisi Djujor (Nyakak / Matudau)
Tradisi Djujor ialah dimana Muli (gadis) yang diambil oleh Mekhanai (bujang) untuk dijadikan istrinya, maka sebagai konsekwensinya sang Mekhanai dan keluarganya harus menyerahkan/membayar Uang Adat (Bandi Lunik) kepada ahli / wali si Muli berdasarkan permintaan dari ahli Keluarga si Muli.
Baca : Alat Musik Tradisional Indonesia
Demikian uraian tentang upacara adat Lampung kami sampaikan dikesempatan ini. Semoga memberikan banyak manfaat kepada para pembaca. Silahkan dikoreksi jika menemukan kesalahan dalam penyajian informasi ini. Anda bisa menuliskan dikolom komentar.